Selasa, 07 Mei 2013

Sayap Yang Patah


Sayap Yang Patah
(Karya Ratih Puspitasari)

Kisah ini bermula dari sebuah kecelakaan. Kecelakaan dimana korbannya adalah sepasang kekasih. Pria sekaligus pengemudi itu meninggal ditempat kejadian sedangkan wanitanya terluka parah. Dan wanita itu adalah sahabatku sendiri..

Namaku Syila. Umurku 21 tahun. Aku seorang mahasiswi disalah satu universtitas di Kota Bandung. Aku memiliki seorang kekasih. Dia bernama Randy. Kami telah berpacaran sejak SMA. Dan tahun ini adalah tahun keempat kita berpacaran. Dia sangat mencintaiku dan akupun juga sangat mencintainya. Dua bulan yang lalu saat kita sedang merayakan anniversary kita yang keempat tahun, handphone ku berdering. Ternyata Siska, sahabatku yang menelepon. Setelah ku angkat ternyata yang bicara adalah seorang lelaki dengan suara berat. Ternyata orang itu adalah polisi. Ia memberitahukan bahwa Siska mengalami kecelakaan dan sekarang sedang ada dirumah sakit. Aku langsung meminta Randy untuk mengantarku kesana. Menurutku pergi melihat keadaan sahabatku lebih penting di banding merayakan hari jadiku dan Randy. Ya walaupun hal itu juga penting untukku.

Sesampainya disana ternyata Siska sedang ditangani dokter karena mengalami luka yang cukup serius dibagian kepala dan kakinya. Setelah selesai aku dan Randy pun masuk. Siska berbaring diatas kasur sambil menangis. Akupun bertanya apa yang sebenarnya telah terjadi. Dia mengatakan bahwa dia dan Viko (pacarnya) akan pergi menonton film dibioskop. Tapi ditengah jalan ada sebuah bus yang berjalan cepat dari arah berlawanan dan akhirnya menabrak mereka hingga mengakibatkan Viko meninggal ditempat tersebut. Siska sangat tak percaya dengan semua ini, dia tak henti-hentinya menangis. Baginya ini hal yang berat karena pacarnya telah pergi meninggalkannya  untuk selamanya.  Aku dan Randy mencoba menguatkannya.

Setiap hari aku selalu pergi ke rumah sakit untuk menemani Siska. Hingga pada suatu hari aku tidak bisa menemaninya karena aku harus pergi ke Jakarta untuk mencari sumber tugas akhirku nanti. Aku meninta kepada Randy untuk menemani Siska setiap hari dirumah sakit, karena tidak ada yang bisa menemaninya lagi. Keluarganya tinggal diluar kota Bandung. Aku langsung menghubungi Randy dan dia pun mau mengikuti keinginanku. Dia datang setiap hari untuk menemani Siska yang sendirian di Rumah Sakit. Hari demi hari berlalu dan Randy tak pernah absen untuk menemani Siska. Setiap hari ia menenangkan Siska yg tengah bersedih karena Viko.

Satu minggu berlalu, kini saatnya aku kembali ke Bandung. Aku sengaja tidak memberi tahu Randy karena aku ingin membuat kejutan untuknya. Esok harinya sebelum aku pergi menemui Randy, aku menyempatkan untuk menengok keadaan Siska. Saat aku masuk kedalam kamar inapnya, aku kaget melihat Siska sedang menyenderkan kepalanya di bahu Randy, dan Randy pun merangkul Siska. Hatiku tiba-tiba sakit. Tapi aku tidak mau berpikiran negtif dulu, mungkin saja ada alasan yg logis untuk itu. Aku memasuki ruangan itu dan mereka langsung melihatku dengan wajah yang kaget. Randy meminta maaf karena yg ia lakukan tadi adalah untuk menenangkan Siska yang sedang teringat tentang Viko. Tak masalah, aku bisa terima alasan itu.

Satu minggu kemudian dokter membolehkan Siska untuk pulang ke rumah karena keadaannya sudah membaik. Tiga hari kemudian aku dan Randy pergi ke pameran seorang photographer terkenal di Bandung. Karena memang aku juga sangat menyukai dengan hal-hal yang tentang photography. Ternyata disana juga ada Siska, dia juga sedang melihat-lihat hasil pameran itu. Mungkin sudah menjadi kebiasaanku, kalau sudah menyangkut hal photography seperti ini, selalu lupa segalanya. Aku sibuk melihat lihat foto hingga akhirnya aku sadar Randy tidak dibelakangku. Aku mencarinya kemana-mana dan akhirnya ketemu. Tapi apa yg aku lihat? Randy sedang mengobrol berdua dengan Siska. Mereka terlihat dekat dan sangat akrab. Mereka bercanda dan tertawa seperti sepasang kekasih yg tengah bahagia. Aku cemburu melihat mereka berdua. Dan aku pun mulai merasakan ada yg ganjil tapi ya sudahlah.. Aku tidak mau berburuk sangka kepada pacar dan sahabatku sendiri.

Hari ini adalah hari ulang tahun Siska. Dia mengadakan perayaan dirumahnya. Aku dan Randy diundang ke acara tersebut. Aku menunggu Randy untuk menjemputku. Aku mencoba menghubunginya tapi tak diangkat. Detik berlalu menjadi menit. Dan menit pun berlalu menjadi jam. Tapi Randy tak datang juga. Perasaanku mulai aneh. Aku mencoba untuk menghubunginya lagi dan akhirnya diangkat.
"Sayang kamu dimana? Aku udah nunggu kamu dari tadi tapi kamunya gak dateng-dateng." tanyaku.
"Maaf sayang aku lupa bilang tadi ban mobilku kempes jadi aku langsung pergi ke rumah Siska. Maaf ya sayang. Kamu bisa kan datang kesini sendiri? Sekali lagi maaf yaa.."
"Yaudah gapapa nanti biar aku berangkat sendiri aja.."  jawabku dengan rasa kecewa. Sesampainya disana hatiku dibuat sakit lagi oleh mereka berdua. Karena aku datang sangat telat, acara pun sudah dimulai dari tadi. Aku melihat Randy memberi kado bunga untuk Siska dan aku juga melihat Randy mengajak berdansa dengan Siska dan diiringi lagu romantis yang diikuti juga oleh semua tamu undangan. Aku berbalik badan dan tak kuat menahan air mata. Ternyata Randy melihatku dan segera ia menghampiriku.
"Sayang kamu udah dateng? Loh sayang kamu kenapa? Kamu nangis?" tanya nya dengan rasa yang mulai tak enak. Aku tak mampu menjawab pertanyaannya. Aku hanya bisa menangis dan akirnya aku memilih untuk pulang saja. Randy mengejarku dan memegang kedua tanganku.
"Sayang kamu kenapa? Bilang sama aku kamu kenapa?"
"Gapapa ko.."
"Bohong! Bilang dong kamu kenapa:("
"Aku ga kenapa napa ko sayang:') Mungkin aku lagi ga enak badan aja. Aku mau pulang aja ya? Kepala aku juga pusing.."
"Bener ya kamu ga kenapa napa? Yaudah hati hati ya. Maaf aku gak bisa nganter, mobil aku masih di bengkel.."
"Iya gapapa ko, aku bisa sendiri. Yaudah kamu lanjutin gih acaranya. Kasian tuh siska nungguin.." Jawabku sambil tersenyum. Ketika aku berbalik badan dan mulai berjalan, air mataku menetes. Aku tak kuat menahannya. Hatiku sakit.
"Ya Tuhan.. kenapa Randy jadi berubah seperti ini? kenapa aku sakit tiap melihat Randy saat bersama Siska? Ada apa sebenarnya dengan mereka? Atau mungkin ini hanya perasaanku saja? Ya Tuhan aku gak boleh berpikiran negatif. Gimanapun juga Siska sahabatku sendiri sejak kecil. Sudahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja."

Seminggu berlalu. Pagi itu aku sedang duduk ditaman. Aku sedang memikirkan keganjilan selama ini. Tiba-tiba Siska datang,
"Dorrr!! Lagi ngapain nih? Ngelamun aja."
"Hmm hehe iya nih lagi banyak pikiran."
"Apaan emang? Tugas-tugas ya? easy going aja kali syil. Jangan terlalu sering mikirin tugas, nanti stres sendiri loh. hehehe"
"hehe iya sis makasih nasihatnya."
"Eh iya, besok aku mau pulang ke Bali. Dan kayanya gakan tinggal disini lagi. Aku mau tinggal sama orang tua aku aja. Lagian juga kan kuliahku udah selesai. Besok bisa kan ke bandara, nganterin aku."
"Iya bisa.. Aku pasti dateng ko."
"Asiiik. Randy ikut kan?"
"Iya nanti aku bilangin ya."

Aku pergi ke rumah Randy dan saat aku lihat dia sedang bergitar sambil bernyanyi.
Mungkin memang, benar aku yang salah..
Ku sadari, Ku akui..
Ku jatuh cinta lagi..
Air mataku menetes, kecurigaanku semakin besar. Tapi aku tetap diam dan berusaha sabar. Karena aku tak mau hubungan 4 tahun ini berakhir begitu saja.
"Randy.."
"Eh sayang, ada apa?"
"Engga, aku cuma mau ngasih tau besok Siska pindah ke Bali. Dan gakan tinggal disini lagi."
Tiba-tiba Randy marah dan membentakku,
"Kamu ko baru bilang sih?! Kenapa gak dari waktu itu!"
"Sayang.. Kamu ngebentak aku?" aku mulai menangis.
"Kamu sih kenapa baru bilang sekarang? Kenapa baru bilang sehari sebelum Siska pindah?!!!"
"Sebegitu pentingkah Siska buat kamu?"
"Aaaaah!!!" Ucap Randy yg semakin marah dan membanting gitarnya. Aku langsung berbalik badan dan pulang. Aku menangis sejadi-jadinya. Ini pertama kalinya Randy membentakku.

Esok harinya aku pergi ke bandara untuk mengantar kepergian Siska ke Bali. Saat aku datang ternyata Randy lebih dulu datang. Randy memeluk Siska dengan begitu erat sambil menitikan air mata. Siska juga ikut menitikkan air mata seakan mereka gak mau untuk dipisahkan.
Randy berkata,
“Kamu kenapa harus pindah? Kenapa ga disini aja? Aku gak mau kamu pergi. Ternyata aku sadar selama ini aku lebih sayang sama kamu dibanding sama syila..”
“Sebenernya aku juga sayang sama kamu ran. Kamu selalu ada disaat aku lagi sedih, kamu selalu bikin aku seneng, kamu udah bisa bikin aku ngiklasin kepergian viko, kamu udah bikin sedih aku ilang. Tapi aku gak bisa. Gimana pun juga kamu pacar sahabt aku. Semuanya gak mungkin ran.”
Aku mendengar percakapan mereka. Hatiku sakit, sangat sakit melihat orang yg aku cintai selama ini ternyata mempunyai perasaan kepada sahabatku sendiri. Begitupun sebaliknya. Tiba-tiba Siska menyadari keberadaanku ia menghampiriku dan meminta maaf kepadaku. Ia berkata bahwa ia selama ini memiliki perasaan kepada Randy semenjak Randy sering menemaninya dirumah sakit waktu itu dan menghilangkan rasa sedihnya selama ini setelah ditinggal Viko.
"Syil maafin aku. Aku yg salah" kata Siska.
"Engga! Ini semua aku yg salah" Sangkal Randy.
"Kamu gak usah minta maaf siska, kamu gak salah ko. Kamu juga ran, kamu gak salah. Disini gak ada yg salah. Dan cinta gak pernah salah. Cinta akan menemukan kebahagiaannya sendiri. Randy maafin aku kalo aku egois udah ngebiarin kamu mendam perasaan ke Siska selama ini. Maaf aku udah egois terlalu gamau kehilangan kamu. Maaf aku gak bisa jadi yg sempurna buat kamu ran. Maaf.. Tapi sekarang aku sadar, cinta itu gak bisa dipaksa. Mulai sekarang aku gakan egois. Aku gak akan paksa kamu untuk terus sama aku. Aku akan biarin kamu pergi cari kebahagiaan kamu. Ya, kebahagiaan kamu yg sebenarnya, siska.."
Aku tersenyum dan langsung beranjak pergi. Air mata memang terus menetes, hati memang sangat sakit. Tapi sedikitnya aku lega, karena orang yg menjadi sahabatku sejak kecil sudah tidak sedih lagi. Begitupun orang yg sangat aku cintai sudah menemukan kebahagiaan yg sebenarnya.
Memang semua ini sakit, tapi aku yakin ini semua akan cepat berakhir. Aku ingin seperti burung. Yg bisa terbang bebas. Memang sulit, tapi aku akan terus berusaha terbang walaupun sebagian sayapku telah patah karena sebuah kisah yg tak pernah aku ingini. Dan aku yakin suatu hari nanti sayapku yg telah patah ini akan  kembali utuh dan bisa membawaku kembali terbang untuk mencari sebuah kisah yg baru..