Senin, 11 Maret 2013

8 Kebohongan Ibu

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin.
Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan.
Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil
memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :

"Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA


Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap
dari
ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk
petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan
mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu,
ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel
di
tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku
melihat
ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata
:

"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU
YANG
KEDUA


Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
ibu
pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel,
dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi
kebutuhan
hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku,
melihat
ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan
dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api.
Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus
kerja.

" Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA


Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu
yang
tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa
jam.
Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu
dengan
segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat
ibu
yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil
menyuruhnya minum.

Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU
YANG
KEEMPAT


Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
dia
harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun
semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi
keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati
yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun
masalah kecil.
Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu
sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka,

ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGA N IBU YANG
KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau,
ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur
untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar
kota
sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu,
tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan
mengirim
balik uang tersebut.

Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KEENAM


Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku :

"Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KETUJUH


Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung,
harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra
atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi.
Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan.
Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena
sakit
yang ditahannya. Terlihat dengan jelas
betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah
dan
kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata.
Hatiku
perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu
dengan tegarnya berkata :

"Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGA N IBU
YANG KEDELAPAN.


Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
menutup
matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan :
" Terima kasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah
kita
tidak menelepon ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk
berbincang
dengan ayah ibu kita?

Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita
yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
pacar
kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah
dia
sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas
apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah
bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan
kembali
lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita,
lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar